Repelita.com |
JAKARTA – Harga daging sapi masih bertengger di atas harga Rp100.000 per kilogram (kg). Sejumlah cara sudah dilakukan pemerintah untuk menurunkan harga daging tersebut.
Misalnya, sampai saat ini kiriman sapi potong asal Nusa Tenggara Timur (NTT) masih dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Pada Senin, 30 Oktober 2017, 56.000 sapi potong kembali dikirim dari NTT.
Ketersediaan sapi potong asal NTT tersebut ternyata tidak membuat harga daging bergerak turun. Cara lain yang dilakukan dengan mengimpor daging kerbau beku asal India. Tujuannya supaya ada alternatif pilihan daging dan masyarakat bisa mendapatkan daging dengan harga sekira Rp70.000 per kg.
Namun cara itu juga tidak mempan dalam menurunkan harga daging. Meski peminat daging kerbau semakin banyak, tapi tetap harga daging sapi di atas Rp100.000 per kg.Di sela inspeksi dadakan (sidak) Pasar Induk Beras Cipinang, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sedikit menyinggung persoalan daging. Menurut dia, masyarakat bisa beralih konsumsi ke komoditas lain yang proteinnya hampir sama seperti daging.
“Seperti tutut itu protein lebih bagus dari daging,” ujarnya di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Senin (4/12/2017).
Tutut merupakan keong sawah atau sejenis siput air yang mudah dijumpai di perairan tawar seperti sawah, aliran parit dan danau.
Amran melanjutkan, tutut memiliki protein yang tinggi namun menyehatkan. Maksudnya, ketika ada seorang yang memiliki tekanan darah tinggi, masih bisa mengkonsumsi tutut yang proteinnya tinggi.
“Tidak ada kan orang tekanan darah tinggi dilarang makan tutut,” tandasnya.
Sumber: Okezone.com
0 Response to "Harga Daging Sapi Mahal, Mentan: Coba Beralih ke Keong Sawah..."
Posting Komentar